Tuesday, January 25, 2011

Kasus Gayus. Kapan Berakhir ?

Kasus Gayus Tambunan seorang pegawai pajak Kemenkeu sudah menggegerkan Negara ini. Dia adalah orang pertama yang terekspos media secara heboh dalam urusan penggelapan pajak. Wajar bila masyarakat kemudian enggan membayar pajak dan menuntut adanya perincian pihak-pihak yang tergabung dalam kasus itu. Gayus Tambunan mengatakan bahwa dirinya adalah seekor teri, yang dapat diartikan bahwa negeri ini memiliki hiu atau paus dalam penggelapan pajak.
Teri, hiu, ataupun paus, yang pentig mereka adalah pengkhianat negara yang tanpa segan bersenang-senang di atas penderitaan masyarakat kecil. Hukum memang seharusnya bertindak dan pimpinan Negara pun sewajibnya langsung turun tangan. Media massa memang telah mengabarkan bahwa para petinggi hokum sedang dalam proses membongkar kasus ini dan pimpinan Negara pun telah memberikan 12 poin instruksi. Dapat dikatakan sudah ada langkah untuk membongkar kasus ini. Namun yang perlu ditanyakan adalah kenapa pembahasan kasus yang sangat penting ini berlarut –larut (sejak pertengahan tahun lalu) dan malah ada sisipan berita-berita dari Istana yang terkesan tidak lebih penting dari kasus Gayus ini?
Setiap Negara tentu punya masalah yang selalu bermunculan. Namun, bila terdapat kasus sangat besar yang menyangkut kehidupan Negara, itulah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Dalam rangkaian kasus ini saya malah melihat banyak kasus kecil yang terselip diantara cerita sang pegawai pajak, seperti Presiden membahas masalah RUUK DIY, blackberry, dan juga urusan gaji petinggi Negara. Kasus sisipan itu tentu membuat perhatian publik bergeser. Bisa jadi pergeseran perhatian masyarakat inilah yang diinginkan oleh pemerintah karena ketidakmampuan dalam menguak kasus. Ketidakmampuan dapat berarti memang Gayus terlalu cerdik sehingga dapat dengan mudahnya merampas uang Negara atau karena sebenarnya orang-orang penting Negara (yang disebut sebagai hiu dan paus) juga turut berperan? Entahlah. Memang paling tidak hanya kaum eksekutif dan Gayus sendiri yang mengetahui.
Sebagai rakyat biasa, saya jenuh dengan kasus ini. Kejenuhan tersebut juga mengarahkan pikiran saya untuk tidak percaya pada pemerintah. Jenuh tentu karena penyelesaian kasus ini sangat lama dan pemerintah nampaknya juga tidak memiliki niat serius untuk menyelesaikan kasus ini, terbukti dengan adanya pernyataan-pernyataan dari kasus lain yang tiba-tiba diangkat ke publik. Dalam kasus Gayus pemerintah terkesan tidak solutif, hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bersifat normative tanpa mengalihkan perhatian ke para hiu dan paus pajak. Sangat wajar bila masyarakat kemudian bertindak acuh pada berbagai pemberitaan media karena berkurangnya rasa percaya pada pemerintah. Seluruh perhatian lapisan masyarakat Indonesia tertuju pada Gayus dan banyak dari mereka yang merasa dibodohi olehnya. Para komentator di media massa bahkan mengatakan bahwa negeri ini telah dipermainkan oleh orang sekecil Gayus. Mereka sama dengan saya. Geram saat mendengar berita tersebut, kesal saat mengetahui kasus tak kunjung selesai, dan marah saat belum ada pihak lain yang dijerat karena keterlibatannya dalam alur cerita Gayus Tambunan. Namun nampaknya kita hanya perlu menunggu, meski harus menunggu hingga waktu yang tidak ditentukan sambil berharap adanya kejelasan dan penindakan lanjut secara rinci dari kasus ini.

No comments:

Post a Comment