Saturday, November 13, 2010

Un Soir du Paris

Kalimat tersebut tidak berarti saya pernah menikmati sore hari menunggu tenggelamnya sang fajar di kota impian saya, Paris. Kalimat tersebut adalah penggalan judul buku berisi kumpulan cerpen yang saya baca, diterbitkan oleh Gramedia. Penulis novel-novel ternama seperti Clara Ng menghiasi beberapa lembar dari buku tersebut.

Sebenarnya saya bukan penggemar fanatik dari novel-novel fiksi. Namun, untuk novel fiksi kali ini, Un Soir du Paris, saya merasa ada hal-hal yang sangat terkait dan mendekati kehidupan nyata, bahkan dapat dikatakan novel tersebut merupakan gambaran kehidupan nyata.

Bercerita mengenai kehidupan para manusia yang hidup dengan suatu penyakit psikis (jika itu dapat disebut sebagai sebuah penyakit), orientasi seksual yang menyimpang (jika itu dapat dikatakan sebagai sebuah penyimpangan), dan hidup dengan tekanan dari masyarakat sekitar. Ya, saya berbicara mengenai penyuka sesama jenis, gay atau lesbian.

Dalam buku itu diceritakan bahwa para penyuka sesama jenis tersebut mengaku terang-terangan di hadapan masyarakat dan tidak mengaku, sekalipun pada teman dekatnya sendiri. Hal ini tentu menjadi pro kontra berlanjut jika dijadikan topik pembicaraan publik. Seputar kelayakan mereka berada di dalam lingkungan masyarakat. Kebanyakan orang akan mengaitkan ketidaksesuaian hal tersebut dengan nilai agama, budaya serta moral. Sehingga para penyuka sesama jenis mendapat tekanan yang luar biasa dari masyarakat. Beruntung bila hanya dibicarakan. Kebanyakan dari mereka disingkirkan dan sedikit ada orang yang mau mendekat karena dianggap mereka telah melakukan penyimpangan sosial. Anggapan dan tindakan masyarakat tersebut memang terkesan berlebihan, seperti tidak menghormati kebebasan orang hidup. Itulah yang diceritakan dalam buku.

Bila dikaitkan dengan kehidupan nyata, memang tidak berbeda. Beberapa teman saya adalah penyuka sesama jenis. Mereka tidak mau kehidupan mereka disorot oleh masyarakat karena tidak ingin kehidupan pribadinya terganggu, sehingga hanya menceritakan hal tersebut ke teman-teman terdekatnya saja. Bagaimana dengan orang tua? Teman-teman saya menjawab mereka mencari saat yang tepat untuk mengatakan hal tersebut pada orang tua, beberapa mengatakan hal ini adalah sangat rahasia dan jangan sampai orang tua tahu sedikit pun. Tidak ingin membuat orang tua bersedih, itulah alasannya. Tidak berbeda dengan novel yang saya baca, sehingga dapat dikatakan bahwa novel ini adalah gambaran nyata suatu kehidupan.

Izinkan Mereka Diterima di Bumi Ini!
Bukan sesuatu yang salah, meskipun sebagian orang mengatakan hal tersebut sebagai sebuah penyimpangan seksual. Saya cukup menghormati perasaan tersebut, meskipun saya bukan penyuka sesama jenis dan selalu memohon perlindungan-Nya untuk berada dalam jalan yang wajar (menyukai pria). Bisa dikatakan para penyuka sesama jenis tersebut tidak berada dalam jalan wajar, jalan yang mana wanita hanya menyukai pria dan pria hanya menyukai wanita. Namun sekali lagi, mereka tidak salah. Semenjak lahir para orang tua dan mereka sendiri pun tentu berharap menjadi manusia yang hidup di jalan lurus, seperti orang kebanyakan, termasuk dalam hal percintaan untuk menyukai lawan jenis. Penyimpangan menjadi seorang gay atau lesbian mungkin karena “kecelakaan” belaka, dalam arti mereka masuk ke dunia itu tanpa disangka-sangka sebelumnya dan juga sebagai suatu hal yang tidak diinginkan. Lama kelamaan bagi mereka sendiri akan menjadi sebuah naluri.

Mereka tidak salah dan justru senang dengan kehidupanyya. Tapi yang menjadi suatu ganjalan adalah caci maki dan tekanan masyarakat sekitar mereka. Masyarakat adalah golongan yang dekat dengan kehidupan setiap individu. Ketika masyarakat pun sudah mengecam, maka kemana lagi mereka harus berlindung? Tidak mungkin mereka akan terus-terusan berinteraksi dengan keluarga saja.

Saya pun tidak menyalahkan masyarakat atas pemikirannya. Meskipun sangat menyangkan hal tersebut. Saya menyayangkan pemikiran masyarakat yang tidak mencoba untuk melihat dari lain sisi, bila mereka menjadi seorang penyuka sesama jenis. Pemikiran yang menurut saya terlalu sempit karena langsung menghakimi suatu hal tanpa melihat latar belakang dan alasan. Sangat disayangkan bahwa pemikiran mereka sangat normatif, sesuai dengan apa yang seharusnya pada ajaran agama dan tatanan moral. Seperti yang saya katakan, para gay dan lesbian pun tidak menginginkan terjun dalam dunia tersebut, mereka ingin seperti kebanyakan orang yang hidup dalam jalur wajar. Namun, “kecelakaan” (sesuatu yang sama sekali tidak disangka) membawa mereka ke dalam dunia tersebut. Tentu sangat berat ketika harus menerima sanksi masyarakat yang sedemikian beratnya (dijauhi, dikucilkan). Meski begitu, beberapa dari para gay dan lesbian tidak dapat mengubah orientasi tersebut karena telah menjadi sebuah naluri. Beruntung bagi sebagian gay dan lesbian yang dapat keluar meninggalkan perasaan tersebut. Namun bagi yang tidak bisa, mereka hanya akan terus berpikir bahwa masyarakat adalah musuh.

Saya pikir masyarakat harus membuka pikiran lebih luas untuk menghormati pilihan para penyuka sesama jenis. Gay dan lesbian hanya butuh dihormati. Masyarakat tidak perlu berusaha untuk mengubah para penyuka sesama jenis, karena mayoritas dari mereka adalah orang dewasa yang dapat berpikir dan mengetahui peraturan dalam agama, khususnya. Mengenai perubahan pada diri gay dan lesbian, hanya diri mereka sendiri yang dapat mengubahnya. Sekuat apa pun dorongan masyarakat untuk mengubahnya, perasaan tersebut tidak akan hilang karena telah menjadi naluri.

Izinkanlah mereka untuk bergabung kembali dalam masyarakat, karena setiap orang membutuhkan masyarakat. Hormati mereka seperti layaknya orang biasa, karena pada dasarnya setiap manusia hanya ingin dihormati dan dihargai pilihan hidupnya. Menurut saya, tidak ada pilihan hidup yang salah. Hanya mungkin, pilihan mereka berada dalam jalur yang tidak biasa dipilih oleh orang lain. Selama pilihan mereka tidak mengganggu orang lain, maka layaklah mereka untuk mendapat penghormatan tersebut. Saya berpikir mereka bukan seperti monster yang sedang mencari mangsa, karena mereka hanya akan suka pada orang yang memiliki orientasi yang sama. Rangkul mereka dalam kehidupan bersama karena mereka pasti juga memiliki beragam sisi positif yang tidak diketahui oleh masyarakat. Menjadi gay dan lesbi bukan keninginan mereka sejak awal. Kejadiaan tak disangka yang kemudian menjadi sebuah pilihan hidup berdasarkan naluri yang mereka miliki. Namun, bukan berarti pilihan tersebut tidak dapat mereka ubah……… Oleh karena itu, jangan singkirkan mereka, rangkul mereka dalam kebersamaan, beruntunglah apabila mereka menemukan sebuah pencerahan dari dalam hati yang terdalam untuk kembali ke jalan wajar. Izinkanlah mereka untuk dapat terus menapak di bumi ini tanpa ada suatu penolakan apapun.


No comments:

Post a Comment